Madin atau Madrasah Diniyah sebagai model pendidikan berbasis agama memiliki keunggulan
tersendiri. Pendidikan yang lebih dekat dengan tradisi pesantren ini
dapat menjadi basis pembentuk moral para peserta didik. Sehingga
pelajaran yang dipelajari lebih banyak pelajaran agama, seperti
Akidah-Akhlak, Fiqh, Qur’an-Hadis, Tajwid dan Baca Tulis al-Qur’an
(BTQ).
Data Keminfo menyebutkan sekitar 90% siswa SD dan SMP sudah pernah
melihat film ‘dewasa’ di internet. “Data itu mengejutkan saya, dan ini
sebagai tantangan kita sebagai ustadz dan ustadzah di Madin untuk lebih
giat dalam mendidik anak didik kita,” ungkap Nuryadi sebagai pemateri
dalam kegiatan tersebut.
Karena selama ini proses pembelajaran di Madin terkendala masalah pendanaan dan kesadaran para santri. Di samping itu, banyak orang tua yang menyamakan Madin dengan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), padaal berbeda. “Di Madin itu kan sudah ada kelasnya, ada tingakatan ula, wustha, dan seterusya, sedangkan di TPA tidak ada.
Karena selama ini proses pembelajaran di Madin terkendala masalah pendanaan dan kesadaran para santri. Di samping itu, banyak orang tua yang menyamakan Madin dengan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), padaal berbeda. “Di Madin itu kan sudah ada kelasnya, ada tingakatan ula, wustha, dan seterusya, sedangkan di TPA tidak ada.
Kurikulum Madin terbagi menjadi dua. Untuk Madin tingkat anak-anak TK kurikulumnya disusun
sendiri berdasarkan kebutuhan masing-masing Madin. Dengan
dibicarakan secara bersama-sama yang sesuai dengan para peserta didik.
Sedangkan, untuk Madin Awaliyah sesuai dengan kurikulum yang disusun
dari Pusat. dengan memberikan pendidikan karakter melalui dongeng atau dengan reward
untuk menumbuhkan rasa semangat para peserta didik.Karenanya anak-anak
biasanya jika diselingi dengan dongeng sangat senang dan pelajaran itu
lebih efektif.
0 komentar:
Posting Komentar