Sejarah

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Paham NU

Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis).

PAC IPNU IPPNU Kecamatan Kesugihan

Majulah Bangsaku Majulah Negeriku ! Kami Generasi Muda Nahdlatul UlamaKecamatan Kesugihan Siap sedia selalu untuk menjaga Merah Putih agar berkibar selalu.

Ansor Bersholawat

Hari Kebangkitan Nasional kami peringati pada 20 Mei 2012 dengan mengumandangkan Sholawat

Selamat Datang

Selamat Datang di BLOG MWC NU Kesugihan Cilacap

Jumat, 28 Desember 2012

Rahasia Bilangan dalam Shalat

Muhammad Ali at-Tirmidzi mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama. Shalat merupakan perkara yang pertama kali difardhukan oleh Allah swt. kepada kaum muslimin. Begitu pentingnya posisi shalat dalam Islam, sehingga pemaknaan atasnya tidak pernah habis. Seperti yang diungkapkan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani mengenai rahasia bilangan dalam shalat. Dalam kitabnya Syarah Sulamul Munajah menjelaskan adanya rahasia dibalik angka-angka dalam shalat. Lima waktu yang diwajibkan oleh Allah swt. kepada muslim menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan-Nya atas lima indera perasa ‘panca indra’ sekaligus merupakan upaya menutup berbagai keburukannya.

Amankan Natal dan Tahun Baru, Banser Dilengkapi Bela Diri


Untuk membantu pengamanan Natal dan Tahun Baru 2013 di Kabupaten Probolinggo, pasukan Banser GP Ansor Cabang Kraksaan dilengkapi dengan ilmu bela diri.

Sekitar 20 anggota Banser GP Ansor Cabang Kraksaan akan disebar ke beberapa titik di wilayah Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Diantaranya Gereja Pasamuwan GKJW, Gereja SD Khatolik dan Gereja Bethel.

banser
“Pengamanan ini sifatnya membantu. Dan untuk pengamanan Natal Banser bertugas di luar gereja,” kata Ketua PC GP Ansor Kraksaan Nuriz Zamzami ketika ditemui di depan Gereja Kristen Klojen, Kamis  (27/12).

Jumat, 14 Desember 2012

SUSUNAN PENGURUS MWC NU KESUGIHAN 2012/2017

MUSTASAR

1. KH.Salimi Mansur,BA
2. KH.ABDUL Hamid
3.KH.Sugeng Mualim,M.Ag

SYURIYAH

Rois             : KH.labiburrohmat.Spd.i

wakil Rois    :KH.Mufroil Abdul Jabar

wakil Rois    :KH.Maslakhuddin Spd.i

Katib            :KH.Kasiran Ali Mustofa Spd

Wakil Katib  :Ky.Kanifudin

Wakil Katib   :KH.Hasan Murtadlo

A'wan             :1.KH.Zainuddin Istadz

                         2.Ky.Widadul Fawaid

                         3.KH.Sofiyuddin

:                        4.Ky.M.Nasrul Ilah

                          5.KH.Abdul Rozak

                          6.Ky.Mukhdir Saifulloh
TANFIDZIYAH

Ketua                  :DRS.Ach. Sulman M.pd

Wakil Ketua       :KH.Towil Al Baha.SH

Sekretaris            :Hadi Muridan.Spd.MM

Wakil Sekretaris :A.Subhan.S.Ag.

Bendahara            :H.Sukandar

Wakil Bendahara:H.Alwi Bakir.SH

Kang Said: Pemimpin Harus Berilmu


Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr. KH Said Aqil Siroj mengingatkan bawah para pemimpin dalam semua urusaan harus memiliki ilmu. 


Kang Said juga meminta pada kalangan NU untuk meningkatkan ilmu pengetahuan agar selalu kontekstual menghadapi jamannya. Kang Said menyatakan hal tersebut alam sambutan usai pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Banyumas, di Ponpes Al-Falah, Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang, Rabu (12/12). 



Ia mengatakan bahwa Islam dalah agama yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Makanya segala sesuatu tindakan dan sikap pemimpin dan umat harus didasari dengan ilmu pengetahuan dan fakta ilmiah.



"Islam bukan doktrin, ritual dan syariah belaka namun Islam membawa ilmu pengetahuan, peradaban, berbagai hal lain untuk kemajuan umat manusia. Dan untuk mengerti Islam maka harus belajar pada ulama yang merupakan para pewaris nabi," jelasnya.



"Siapa saja yang tidak ikut ulama bakal tersesat," katanya menegaskan. Ia mencontohkan bagaimana Imam Safi'i memberi nasihat kepada pemimpin saat itu. Bahkan risalah surat yang dibuat Imam Safi'i ini kelak akan menjadi cikal bakal Kitab ar-Risalah yang menjadi pokok-pokok hukum Islam.



"Ar-Risalah ini menjadi awal mula prinsip-prinsip hukum Islam yang harus diketahui oleh gubernur saat itu. Jadi bertahap semua harus belajar pada bayan (penjelasan) dari Alloh, dari nabi dan penjelasan dari para ulama," jelasnya.



Ia pun menegaskan jangan sampai orang NU berada di luar rumah semua dalam arti semua terjun dalam politik, ekonomi dan berbagai sektor publik. Namun hendaknya orang NU harus ada yang terus belajar mendalami agama. Hal ini penting agar umat Islam dapat mengkontekstualisasi pemahaman agama Islam.



"NU juga harus bisa berada dan cerdas menghadapi tantangan jaman. Semua harus berdasarkan fakta ilmiah sesuai dengan jaman globalisasi saat ini. Jadi pakai internet tapi tetap tahlil, pakai HP tetapi tetap membaca Albarjanzi. Jadi NU harus bisa melestarikan tradisi yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik," jelasnya.



Sementara itu, KH Maulana Ahmad Hasan selaku Ketua Tanfidyah PCNU Banyumas menegaskan NU Banyumas akan memelihara dan menjaga ukhuwah Islamiyah. NU berdiri di atas segalanya dan ada di atas semuanya. Untuk itulah NU khususnya di Banyumas tidaklah dapat dimaping atau dikotak-kotakan.



"Untuk itulah kami mengajak semua komponen di Banyumas ini untuk senantiasa menjaga persaudaraan Islam dan persaudaraan antar agama. Diharapkan NU dapat semakin bermanfaat bagi agama, bangsa dan negara ini. Sekali lagi NU dan NKRI adalah harga mati," ujar Gus Hasan begitu ia akrab disapa.



Selain Jam'iyyah Nahdlatul Ulama, dalam acara tersebut turut hadir unsur Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, tokoh ulama, tokoh lintas agama, Bupati dan Muspida Banyumas, dan juga para Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati Banyumas.



Redaktur     : Hamzah Sahal
Kontributor : Susanto

Sikap Kemasyarakatan Nahlatul Ulama


Dalam pendekatan dakwahnya NU lebih banyak mengikuti dakwah model wali songo ,yaitu menyesuaikan dengan budaya masyarakat setempat dan tidak mengandalkan kekerasan.Budaya yang berasal dari suatu daerah ketika islam belum dating-bila tidak bertentangan dengan agama akan yerus dikembangkan dan di lestarikan.Sementara budaya yang jelas bertentangan ditinggalkan.

Karna identiknya gaaya dakwah ala walisongo itu,nama walisongo itu melekat erat dalam jam’iyah \NU dan dimasukkan ke dalam bentuk bintang Sembilan dalam lambing NU.
Sebutan bintang Sembilanpun identik dengan Nahdlatul Ulama.

Secara garis besar,pendekatan kaemasayarakatan NU dapat dikategorikan menjadi tiga bagian:

1.Tawassuth dan I’tidal,yaitu sikap moderat yang berpijak pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharruf (ekstrim).

2.Tasamuh,yaitu sikap toleran yang berintikan penghargaan terhadap perbedaan   pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat.

3.Tawazun,yaitu sikap seimbang dalam berhidmat demi terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan antara manusia dengan Alloh Swt.

Karena prinsip dakwahnya yang model walisongo itu,NU dikenal sebagai pelopor kelompok Islam moderat.Kehadirannya bias diterima semua kelompok mastarakat bahkan sering berperan sebagai perekat bangsa.

KH.ACHMAD SIDDIQ.PELETAK DASAR KHITTAH NU

Sejak belajar di Pesantren Tebuireng,ia sudah menunjukkan kewibawaannya,cerdas tapi tidak banyak tingkah.Di usianya yang masih muda,dia sudah memegang ilmu tuwo.Jangankan teman sekelas,gurupun segan padanya.Hanya ada seorang santri yg berani menggodanya.Dialah Abdul Muchit Muzadi,alias Muchit kecil yang kelak akan menjadi seketaris pribadinya.

Kiai Achmad lahir di jember pada hari ahad legi 10 Rajab 1344H/24 Januari1926M,putra bungsu KH.Muhamad Siddiq dari nyai Maryam,Ia adalah adik kandung KH.Machfudz Siddiq.

Pendidikan :Pendidikan dasar dimulai dari SR Islam Jember,kemudian melanjutkan di Madrasah Salafiyah Pesantren Tebuireng Jombang hingga tamat kelas enam.Di Pesantreen yang di asuh oleh Hadratusy Syeikh ini,ia menjadi salah seorang kader utama KH.A.Wahid Hasyim Asy'ari.Wahid Hasyimlah yang membantu perkrmbangan watak dan kecakaoannya.Termasuk mengajarkan ketrampilan mengetik dan membuat konsep-konsep dalam organisasi.

Pengbdian:Koordinator Gerakan Pemuda Isalam Indonesia (GPII,ormas pemuda dibawah naungan Masyumi)untuk wilayah jember dan besuki (1945 ),hingga masuk dalam kepengurusan tingkat jawa timur.Ia juga pernah menjadi Ketua PWNU Jawa Timur,menggantikan KH.Abdulloh Siddiq,kakaknya.

Dalam Muktamar NU ke 27di situbondo fahun 1984,ia terpilih sebagai Rois Aam PBNU dengan KH.Abdurrohman Wahid ssebagai Ketua Umum Tanfidziyahnya.Kiai Achmad menggantikan KH.Ali Maksum,sedangkan Gus Dur menggantikan DR.KH.Idham Kholid.

Kiai Achmad inilah pemrakasa gerakan kembali ke khitthah NU 1926 yang diputuskan di situbondo'
Ide ide segar tentang pembaruan NU banyak bermunculan dari beliau,misalnya tentang Fikrah Nahdiyah,NU menerima azas pancasila,Konsep Ukhuwah NU dan tentu saja tentang Khitthah NU yang monumental.Ide ide segar beliau banyak di tulis oleh KH.Abdul Muchith Muzadi,teman semasa di Tebuireng,yang menjadi sekretaris pribadinya.

Sampai sekarang Fikrah Nahdiyah dan khitthah Nahdiyah karya KH.Achmad Siddiq masih menjadi pemandu utama PBNU untuk menentukan langkahnya,begitu juga dengan konsep ukhuwahnya.
KiaI Achmad dikenal pandai membuat tamsil.Dalam pembukaan Muktanar NU KE 28 DI Krapyak,Yogyakarta(1989),ia membuat tamsil yang jitu di sela khotbah Iftitahnya.'NU ini ibarat kereta api yang rel dan arah tujuanyya sudah jelas.Bukan taksi yang bisa dibawa kemana saja oleh penumpangnya.Rel NU sudah jelas'.

Pada kesempatan lain beliau melanjutkan'Rel dan tujuan NU sudah jelas.Sarat sarat untuk menjadi masinis juga sudah ditentukan dg jelas.Barang siapa tidak sejalan dengan tujuan NU,ya jangan naik kereta NU,Si;lakan cari kendaraan yang lain saja,'.

Selasa, 11 Desember 2012

Kontribusi Madin dalam dunia pendidikan Islam Modern

Madrasah Diniyah
Madin atau Madrasah Diniyah sebagai model pendidikan berbasis agama memiliki keunggulan tersendiri. Pendidikan yang lebih dekat dengan tradisi pesantren ini dapat menjadi basis pembentuk moral para peserta didik. Sehingga pelajaran yang dipelajari lebih banyak pelajaran agama, seperti Akidah-Akhlak, Fiqh, Qur’an-Hadis, Tajwid dan Baca Tulis al-Qur’an (BTQ).

Data Keminfo menyebutkan sekitar 90% siswa SD dan SMP sudah pernah melihat film ‘dewasa’ di internet. “Data itu mengejutkan saya, dan ini sebagai tantangan kita sebagai ustadz dan ustadzah di Madin untuk lebih giat dalam mendidik anak didik kita,” ungkap Nuryadi sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut.

Karena selama ini proses pembelajaran di Madin terkendala masalah pendanaan dan kesadaran para santri. Di samping itu, banyak orang tua yang menyamakan Madin dengan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA), padaal berbeda. “Di Madin itu kan sudah ada kelasnya, ada tingakatan ula, wustha, dan seterusya, sedangkan di TPA tidak ada.

Minggu, 09 Desember 2012

Pelatihan Maktabah Syamilah dan Manajemen Informatika Pesantren

Baru baru ini September 2012 telah dilaksankan Pelatihan Maktabah Syamilah dan Manajemen Informatika Pesantren di Pondok Pesantren Nurut Taqwa Bondowoso Jawa Timur. Wakil Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama, Dr. Agus Zainal Arifin, S.Kom, M.Kom, berpose bersama usai pelatihan Maktabah

Sabtu, 08 Desember 2012

LP Maarif Wilayah Jombang Siap Tingkatkan Mutu Pendidikan

Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU Jombang siap meningkatkan mutu pendidikan di Jombang, terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama Jombang adalah memperkuat satuan-satuan pendidikan (madrasah/sekolah) melalui peningkatan atau pengembangan kelembagaan LP Maarif, pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas siswa/siswi dan melakukan upaya perubahan kebijakan.
Demikian hasil Rapat Kerja LP Maarif NU Jombang yang diadakan pada di MI Al Hanafiah Wringinpitu Mojowarno Jombang, Rabu (5/12).

Hadir dalam acara tersebut antara lain seluruh Pengurus Cabang LP Maarif NU Jombang, Pengurus MWC LP Maarif se Jombang dan, beberapa perwakilan madrasah/ sekolah. Tampak hadir juga Ketua PCNU Jombang, DR KH Isrofil Amar, Kepala Kemenag Jombang, H Barozi, Kasi Mepanda sekaligus Pembina LP Maarif NU Jombang, H Taufiq Djalil.

Jumat, 07 Desember 2012

Biografi KH. Hasyim Asy'ari


Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie - bagian belakangnya juga sering dieja Asy'ari atau Ashari (lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 – meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Dikalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

KELUARGA
KH Hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain: Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi dan Adnan. Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, KH. Hasyim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, Raja Brawijaya V (Lembupeteng). Berikut silsilah berdasarkan KH. Hasyim Asya'ari berdasarkan garis keturanan ibu:
Muhammad Hasyim Asy'ari putra Halimah putri Layyinah putri Sihah Putra Abdul Jabar putra Ahmad putra Pangeran Sambo putra Pengeran Benowo putra Joko Tingkir (Mas Karebet) putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng).

PENDIDIKAN
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Di Makkah, awalnya K.H. Hasyim Asy'ari belajar dibawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Kediri) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasyim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari, dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

KH. Hasyim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Di masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah Kyai Hasyim Asy'ari mempelajari Tafsir Al-manar karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.

Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.

KARYA DAN PEMIKIRAN
KH Hasyim Asy'ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan menggambarkan pemikirannya; kitab-kitab tersebut antara lain:
·         Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah)
·         Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW)
·         Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar)
·         Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan).

Sumber : Wikipedia

Paham NU

Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an, Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Sejarah

Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Rabu, 05 Desember 2012

Organisasi NU

Struktur Organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari
  1. Pengurus Besar
  2. Pengurus Wilayah
  3. Pengurus Cabang/Pengurus Cabang Istimewa
  4. Pengurus Majelis Wakil Cabang
  5. Pengurus Ranting
  6. Pengurus Anak Ranting
Kepengurusan Nahdlatul Ulama;
  1. Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari Mustasyar, Syuriyah dan Tanfidziyah.
  2. Mustasyar adalah penasehat yang terdapat di Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang/ Pengurus Cabang Istimewa, dan pengurus Majelis Wakil Cabang.
  3. Syuriyah adalah pimpinan tertinggi Nahdlatul Ulama.
  4. Tanfidziyah adalah pelaksana.
  5. Ketentuan mengenai susunan dan komposisi kepengurusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
1)   Pengurus Besar Nadhlatul Ulama terdiri dari
  1. Mustasyar Pengurus Besar
  2. Pengurus Besar Harian Syuriyah
  3. Pengurus Besar Lengkap Syuriyah
  4. Pengurus Besar Harian Tanfidziyah
  5. Pengurus Besar Lengkap Tanfidziyah
  6. Pengurus Besar Pleno
2)   Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama terdiri dari
  1. Mustasyar Pengurus Wilayah
  2. Pengurus Wilayah Harian Syuriyah
  3. Pengurus Wilayah Lengkap Syuriyah
  4. Pengurus Wilayah Harian Tanfidziyah
  5. Pengurus Wilayah Lengkap Tanfidziyah
  6. Pengurus Wilayah Pleno
3)   Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama terdiri dari
  1. Mustasyar Pengurus Cabang
  2. Pengurus Cabang Harian Syuriyah
  3. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah
  4. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah
  5. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah
  6. Pengurus Cabang Pleno
4)   Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama terdiri dari:
  1. Mustasyar Pengurus Cabang
  2. Pengurus Cabang Harian Syuriyah
  3. Pengurus Cabang Lengkap Syuriyah
  4. Pengurus Cabang Harian Tanfidziyah
  5. Pengurus Cabang Lengkap Tanfidziyah
  6. Pengurus Cabang Pleno
5)   Pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama terdiri atas:
  1. Mustasyar Pengurus Majelis Wakil Cabang
  2. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Syuriyah
  3. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Syuriyah
  4. Pengurus Majelis Wakil Cabang Harian Tanfidziyah
  5. Pengurus Majelis Wakil Cabang Lengkap Tanfidziyah
  6. Pengurus Majelis Wakil Cabang Pleno
6)   Pengurus Ranting Nadhlatul Ulama terdiri atas:
  1. Pengurus Ranting Harian Syuriyah
  2. Pengurus Ranting Lengkap Syuriyah
  3. Pengurus Ranting Harian Tanfidziyah
  4. Pengurus Ranting Lengkap Tanfidziyah
  5. Pengurus Ranting Pleno
7)   Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama terdiri dari:
  1. Pengurus Anak Ranting Harian Syuriyah
  2. Pengurus Anak Ranting Lengkap Syuriyah
  3. Pengurus Anak Ranting Harian Tanfidziyah
  4. Pengurus Anak Ranting Lengkap Tanfidziyah
  5. Pengurus Anak Ranting Pleno
Masa Hidmat Pengurus Nahdlatul Ulama;
  1. Masa Khidmat Kepengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 adalah lima tahun dalam satu periode di semua tingkatan, kecuali Pengurus Cabang Istimewa selama 2 (dua) tahun.
  2. Masa Jabatan pengurus Lembaga dan Lajnah disesuaikan dengan masa jabatan Pengurus Nahdlatul Ulama di tingkat masing-masing.
  3. Masa Khidmat Ketua Umum Pengurus Badan Otonom adalah 2 (dua) periode, kecuali Ketua Umum Pengurus Badan Otonom yang berbasis usia adalah 1 (satu) periode.