Sejarah

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman.

Paham NU

Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis).

PAC IPNU IPPNU Kecamatan Kesugihan

Majulah Bangsaku Majulah Negeriku ! Kami Generasi Muda Nahdlatul UlamaKecamatan Kesugihan Siap sedia selalu untuk menjaga Merah Putih agar berkibar selalu.

Ansor Bersholawat

Hari Kebangkitan Nasional kami peringati pada 20 Mei 2012 dengan mengumandangkan Sholawat

Selamat Datang

Selamat Datang di BLOG MWC NU Kesugihan Cilacap

Selasa, 29 Januari 2013

"Zuhud"salah satu tahapan dalam tasawuf


“Salah satu maqam( tahapan)  spiritual dalam dunia tasawuf adalah zuhud.Secara prinsip zuhud tidak sama dengan meninggalkan dunia”.Demikian penjelasan KH Said aqil Siraj dalam pengajian tasawuf PBNU dilantai 5 gedung PBNU Jakarta pusat,senen 29 januari 2013 M.
“Zuhud”bukan berarti mlarat,menganggap dunia ini kecil meskipun orang itu kaya raya,itu “zuhud”terangnya.
Ketua Umum PBNU itu juga menyatakan bahwa para wali Alloh yang zuhud,tidak sedikit yang memiliki harta melimpah ini menunjukkan bahwa zuhud tidak bergantung pada jumlah kekayaan duniawi,melainkan pengakuan tulus bahwa alloh lah satu-satunya keagungan paling haqiqi.
“Kekayaan Indonesia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia,tapi bisa tidak cukup untuk satu orang tamak,nilai kekayaan bersifat relatif bagi masing-masing orang,dan karenanya mustahil menjadi sumber mutlak bagi kebahagiaan seseorang”demikian katanya.
Kang Said.sapaan akrabnya,juga menerangkan perihal tingkatan-tingkatan spiritual (maqamat) dalam tasawuf yang terjadi dalam tiga proses yakni:Takhali(pembersihan diri),tahali(penghiasan diri)dan Tajalli(pengejawantahan diri).Taubat,wara’ dan zuhud
Merupakan serangkaian proses takhalli yang dapat menimbulkan rasa takut(khauf) pada Alloh  dalam diri seseorang sehingga giat pada usaha penghambaan(ta’abud),
Sementara tawakal,ridla dan syukur menempati fase(tahapan) dimana pada tahapan ini memancarkan harapan akan Alloh(raja’)dengan orientasi upaya mendekatkan diri kepadaNya (taqarrub).
Tajali merupakan proses ke tiga dimana dalam tahapan ini penempuh jalan tasawuf akan menerapkan mahabbah(cinta), thuma’ninah(ketenangan), dan ma’rifah(penyaksian), tahapan ini mengakibatkan seseorang untuk senantiasa harmonis (uns) dengan Alloh dengan segala prilaku yang merupakan bentuk realisasi akan kebenaran,keindahan dan kebaikan Alloh (tahaqquq).






Dilarang Gelar Maulid, Warga Kalimantan Mengadu ke PBNU

Jakarta, NU Online
13 orang dari sejumlah Ormas Islam di Kalimantan Tengah, Senin (27/1), bersilaturahmi ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Mereka mengadukan sikap aparat kepolisian setempat yang dalam beberapa minggu terakhir mengeluarkan pelarangan terhadap sejumlah aktifitas keagamaan.

Rombongan dipimpin oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Kapuas H. Nuraini. Ikut serta di dalamnya antara lain Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kapuas  H. Kamarudin, dan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) cabang daerah yang sama.

Kedatangan rombongan tersebut melaporkan terjadinya pembubaran pengajian dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Tajjudin, Kabupaten Kapuas oleh aparat kepolisian pada tanggal 5 Januari 2013 lalu. Mereka juga melaporkan adanya pelarangan pelaksanaan pembacaan manakib, dan ceramah selepas ibadah salat Jumat di masjid yang sama.

"Yang melarang Kapolres Kapuas dan katanya perintah Kapolda Kalimantan Tengah. Alasannya untuk menjaga situasi agar tetap kondusif, karena di Kapuas akan dilaksanakan pemilihan suara ulang," ungkap H.Nuraini.

H Nuraini menganggap pelarangan tersebut tak berdasar, terlebih pelaksanaan Maulid Nabi, pembacaan manakib, dan ceramah selepas salat Jumat sama sekali tidak bermuatan politik. "Sama sekali tidak ada sentuhannya dengan politik, kenapa aktifitas ini dilarang," ujarnya menyesalkan.

Dari laporan yang disampaikannya, H. Nuraini mewakili umat Islam di Kapuas dan Kalimantan Tengah pada umumnya, meminta PBNU untuk mencari jalan keluar terbaik.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, merespon positif leporan tersebut dengan menyanggupi mencarikan jalan keluar terbaik. "Sebatas kemampuan saya, saya akan membantu agar permasalahan ini bisa terselesaikan," ungkapnya.

Terkait adanya pelarangan terhadap sejumlah aktifitas keagamaan, Kiai Said menyampaikan penyesalan.

"Aparat kepolisian harusnya bisa menjadi pengayom yang baik. Bertugaslah tanpa membeda-bedakan golongan, agama, atau bahkan karena kepentingan pangkat dan kedudukan," pungkas Kiai Said tegas.



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Samsul Hadi

Nasional KANG SAID NGAJI Maqom-maqom dalam Tasawuf (I)

Jakarta, NU Online
Ada beberapa maqom (tingkatan) bagi orang yang menjalani titian tasawuf. Dalam setiap titian tersebut, pelakunya akan merasakan situasi-situasi tertentu.

Ketua Umum PBBNU KH Said Aqil Siroj mengurai tingkatan tasawuf tersebut di gedung PBNU, Jakarta, Senin malam, (28/01). Peserta pengajian tersebut adalah pengurus lajnah, banom dan lembaga di PBNU.

“Yang pertama adalah taubat atau mohon ampunan kepada Allah. Taubat itu bukan hanya sekadar mengucap astaghfirullah, tapi perubahan sikap. Astghafirullah hanya lafadnya,” ungkap kiai kelahiran Cirebon 1953 tersebut.

Kiai yang pernah nyantri di Lirboyo dan Krepyak tersebut menambahkan, taubat itu sendiri terbagi ke dalam tiga tingkatan. Taubatnya orang awam, yaitu taubat dari segala dosa. Taubatnya ulama, yaitu taubat dari lupa. Dan taubatnya ahli tasawuf, taubat dari merasa dirinya ada (eksis).

“Setiap orang yang merasa dirinya “ada”, bisa jatuh ke dalam kemusyrikan,” ujar kiai yang juga doktor  (S3) University of Umm Al-Qura Jurusan Aqidah atau Filsafat Islam, lulus pada tahun 1994.

Kita ini adalah “maujud” (diadakan). Kita hidup 30, 50, 100 tahun hanyalah “diadakan”. Sedangkan yang “ada” (wujud) hanyalah Allah. Dialah yang mengadakan kita. Kita harus merasa sementara dan diadakannya.

Tidak ada “aku” yang sesungguhya, kecuali “Aku”nya Allah, la ilaha ila ana. Tidak ada “dia” yang sesungguhnya kecuali “Dia” allah, lai ilaha ilah huwa. Tidak ada kamu yang sesungguhnya, kecuali Kamu Allah, la ilaha ila anta.

Setelah taubat, sambung bapak dari empat anak ini, akan timbul tingkatan selanjutnya, yaitu waro’i. Orang yang mencapai maqom ini melihat segala sesuatu dengan hati-hati. Yang tidak betul-betul halal, tidak akan diambilnya. Tidak akan mengambil kedudukan yang bukan miliknya.

“Kalau waro’i sudah selesai, timbul zuhud,” tambah kiai yang akrabdisapa Kang Said tersebut.

Zuhud adalah memandang rendah dunia. Misalnya dapat uang 10 juta biasa-biasa saja. Hilang 10 juta juga biasa-biasa saja. Seperti Gus Dur. Saya melihat, ketika dia sebelum presiden, dia bersikap biasa saja. Ketika jadi presiden, bersikap biasa saja. Begitu juga ketika dia tidak jadi presiden.

Kang Said menegaskan, zuhud itu bukan berarti harus melarat, tapi lebih pada sikap. Orang kaya bisa zuhud, orang melarat bisa serakah. Tapi zuhud lebih pada sikap dan cara pandang orang terhadap dunia. Ia menyikapi selain Allah itu kecil.

Tiga tingkatan tersebut berada dalam proses takhalli atau pembersihan diri. Efek kejiwaan sementara orang dalam tingkatan ini adalah khauf, atau takut kepada Allah. “Segala amal soleh dan ibadah yang dilakukannya adalah lita’abud, untuk beribadah.”

Penulis: Abdullah Alawi

Minggu, 27 Januari 2013

Satuan Khusus Banser Diminta Direalisasikan


Mojokerto, NU Online
Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Satkornas) Banser, H Abdul Muchid SH, minta seluruh pimpinan Ansor dan jajaran Satkorwil dan Satkorcab Banser segera mensosialisasikan.


Hal tersebut terkait dengan hasil Konferensi Besar GP Ansor di Jakarta lalu, terkait dengan beberapa program Banser. Di antaranya terkait dengan beberapa satuan khusus yang telah di sepakati dalam Konbes Ansor. 

Misalnya, sosialisasi pembentukan Bagana (Banser Tanggab Bencana), Balalin (Banser Lalu Lintas), Balakar (Banser Pencegah Kebakaran), Saka Banser (Banser di Bidang Kepanduaan atau ke Pramukaan), Provost Banser dan Densus 99 Asmaul Husna. 

“ Satuan yang telah disehkan sebaiknya segera disosialisasikan di semua tingkatan. Khususnya di Jawa Timur termasuk di Mojokerto ini,’’ ungkap Kepala Satkornas Banser, usai acara pembukaan DTD Ansor dan Banser se Kab. Mojokerto di pesantren Unik, Trawas Mojokerto, Ahad pagi.

Menurut Abdul Muchid, hasil ini perlu disosialisasikan, agar ada kesiapan pelaksanaan kegiatan. Begitu ada tugas.Kalau tidak, satuan ini hanya sekedar wacana saja. Tidak ada reaksi dan hasil kerjanya. 

“Misalnya pembentukan Bagana. Ini sangat penting untuk segera ditindak lanjuti. Karena, satuan ini segera bisa berbuat dan membantu masyarakat. Misalnya memban musibah di Jakarta saat ini,’’ ungkap Cak Muchid.

Selain KepalaSatkornas, hadir dan membka acara DTD  Wakil Bupati Mojokerto, Hj Choirun Nisa’, Ketua PCNU Kab. Mojokerto, H Shohibul Irfan Aris dan Kepala Satkorwil Banser Jatim, H Imam Kusnin Ahmad SH yang sekaligus memberikan materi Kebanseran dan ke- Ansor-an. 

Menurut Ketua Panitia acara, H Suprapto, DTD ini diselenggarakan untuk mejawab pertanyaan semua pihak. Bahwa Ansor dan Banser di Mojokerto tidak sedang tidur nyenyak. Sebab, usai pelantikan hingga setahun kemudian tidak ada kegiatan sama sekali. 

“Kegiatan kali ini membuktikan bahwa Banser dan Ansor Kabupaten Mojokerto masih hidup dan bisa berjalan. Meski dtingkat kepengurusan Ansor masih ada kendala sedikit,’’ ungkap Suprapto.

Dalam kondisi seperti itu, lanjut Suprapto, selaku Satkorcab Banser harus mengambil peran pelaksana kegiatan. Karena memang fungsi Banser adalah melaksanakan dan mengamalkan program kegiatan yang direncanakan oleh GP Ansor. 

“Dalam konfercab dulu sudah diprogramkan ada pelatihan. Setelah kita tunggu sekitar setahun lebih tidak ada kegiatan. Maka dengan inisiatif Banser melaksanakan kegiatan ini,’’ katanya.

Ia katakan, DTD yang akan berlangsung selama 3 hari  tersebut diikuti 180 peserta utusan dari masing-masing Satkoryon dan PAC Ansor se Kabupaten Mojokerto. 

“Di Kabupaten Mojokerto ini ada 18 PAC Ansor. Maka setiap PAC mengirim 5 untusan untuk Ansor dan 5 personil utusan dari Banser,’’ tandas Suprapto.

Diharapkan,usai pelatihan ini, lanjut dia kegiatan serupa akan ditindak lanjuti ditingkat PAC Ansor se Kabupaten Mojokerto. Baik pola Diklatsar maupun pola DTD. 

“Tidak ada masalah mau nyelenggarakan DTD seperti ini apa Diklatsar,’’ tandasnya.


Redaktur: Mukafi Niam

Sabtu, 26 Januari 2013

Wahabi Gunakan Istilah Salafi untuk Mengelabuhi


Jombang, NU Online
Kalangan penganut ajaran gerakan Wahabi di Indonesia dan di dunia lebih senang menyebut dirinya sebagai penganut ajaran gerakan Salafi. Padahal dua istilah ini sangat berbeda satu dengan yang lain. 

Gerakan Wahabi dinisbatkan kepada ajaran Syech Muhammad Bin Abdul Wahab, sedangkan ajaran Salafi merujuk kepada ajaran yang dikembangkan Imam Ahmad Bin Hambal, salah satu Imam Madzhab yang diikuti oleh pengikut ajaran Ahlissunnah Wal Jamaah. Pengikut ajaran yang terakhir ini sering disebut sebagai Salafiyun.

Penggunaan sebutan Salafi yang digunakan oleh pengikut Wahabi, bukanlah sesuatu yang tidak disengaja. Tetapi digunakan untuk mengelabuhi, agar seolah-olah mereka menjadi bagian dari ajaran Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja) sehingga mereka bisa masuk dengan mudah ke dalam kantong-kantong pengikut ajaran Aswaja yang menjadi mayoritas di dunia, khususnya di Indonesia.

Demikian salah satu materi yang disampaikan oleh KH Wazir Ali, Lc, Wakil Rais Syuriyah PCNU Jombang dan salah satu Pengasuh PP Mamba’ul Maarif Denanyar Jombang, dalam kegiatan Lailatul Ijtima’ (malam konsolidasi) PCNU Jombang, Jumat (25/1) di Masjid Jogoroto Jombang. 

Kegiatan yang dilakukan secara reguler bergiliran tempat tersebut bekerjasama dengan MWC-MWC se Eks-Kawedanan Mojoagung, yang terdiri dari kecamatan Mojoagung, Peterongan, Sumobito, Kesamben dan Jogoroto.

Hadir pada malam itu sekitar 250 orang, baik dari pengurus MWC, Ranting-ranting dan Banom NU (Muslimat NU, Ansor NU, Fatayat NU, IPNU-IPPNU). Disamping itu juga hadir Ketua PCNU Jombang, KH Isrofil Amar, dan jajaran Muspika Kecamatan Jogoroto.

Dalam kegiatan tersebut, sebagaimana yang tersusun dalam modul lailatul ijtimak PCNU Jombang, Kiyai Wazir secara keseluruhan menyampaikan tentang definisi Aswaja; 3 pilar-pilar ajaran Aswaja yang terdiri dari Iman, Islam dan Ihsan; 3 pilar keilmuan Aswaja yang terdiri dari akidah, syariah dan tasawuf/thoriqoh; karakteristik ajaran Aswaja yang tawasuth (tengah, tidak ekstrim), I’tidal (adil), tasamuh (toleran) dan tawazun (seimbang, antara akal dan nash, antara dunia dan akhirat, antara pikiran dan gerakan).

Di akhir presentasinya, Kiai Wazir juga menyampaikan tentang organisasi kemasyarakatan (Ormas) yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah dan yang berpaham Wahabi.

“Banyak Ormas di Indonesia yang menggunakan organisasinya untuk menyebarkan ajaran Wahabi di Indonesia, misalnya MTA dan MMI. Bahkan banyak yayasan didirikan untuk menyebarkan ajaran Wahabi. Di Jember ada, di Bangil ada juga di Surabaya”, kata kiai Wazir. 



Redaktur    : A. Khoirul Anam
Kontributor: Muslimin Abdillah

Jumat, 25 Januari 2013

Resolusi Jihad NU, Fakta Sejarah yang Disingkirkan


Hari ini, 22 Oktober, 67 tahun lalu PBNU menyerukan Resolusi Jihad di Surabaya untuk menyikapi perkembangan situasi yang menunjukkan gelagat bakal berkuasa kembalinya penjajah Belanda melalui pemerintahan yang disebut NICA.  

Pada awal Oktober 1945, tentara Jepang di Semarang dan Bandung yang sudah dilucuti rakyat merebut kembali kota Semarang dan Bandung yang telah jatuh ke tangan Indonesia dan kemudian menyerahkan kepada Inggris. 

Pemerintah RI menahan diri untuk tidak melakukan perlawanan dan mengharapkan penyelesaian kasus itu secara diplomatik. Pemerintah RI bahkan  menerima saja ketika melihat bendera Belanda dikibarkan di Jakarta. Tindakan Jepang yang menguntungkan Inggris itu  membuat marah para pemimpin Indonesia, termasuk para ulama NU.

Kecurigaan terhadap orang-orang sosialis yang tergabung dalam PRI melakukan operasi sepihak menyelamatkan orang-orang Belanda, tanggal 10 – 11 Oktober 1945 ketika PRI menggeledah kantor RAPWI dan perumahan Eropa sudah tersiar kabar bahwa ditemukan banyak bukti tentang rencana serangan, perangkat radio, peta sistem komunikasi, instruksi dari pemerintah NICA di Australia. Suasana di Surabaya pun memanas. 

Lalu dengan alasan untuk menghindari aksi massa, tanggal 15 Oktober 1945 sekitar 3500 orang Belanda dan Indo Belanda yang sudah dilepas dari interniran Jepang, diam-diam  oleh PRI dinaikkan truk-truk dan dibawa ke penjara Kalisosok (werfstraat) untuk ditahan serta ditempatkan di sejumlah tempat yang aman. Sebagian truk yang membawa para tawanan itu kemudian dihadang massa di depan markas PRI di Simpang Club dan para tawanan itu dihakimi massa secara brutal.

Kabar bakal mendaratnya Sekutu yang diboncengi tentara NICA makin keras terdengar  di tengah penduduk Surabaya yang dicekam kemarahan ditambah pidato-pidato Bung Tomo lewat Radio Pemberontakan mulai mengudara. Atas dasar berbagai pertimbangan  PBNU mengundang konsul-konsul NU di seluruh Jawa dan Madura agar hadir pada  21 Oktober 1945 di kantor PB ANO di Jl. Bubutan VI/2 Surabaya.  

Malam hari tanggal 22 Oktober 1945, Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari, menyampaikan amanat berupa pokok-pokok kaidah tentang kewajiban umat Islam, pria maupun wanita, dalam jihad mempertahankan tanah air dan bangsanya. Rapat PBNU yang dipimpin Ketua Besar KH Abdul Wahab Hasbullah itu kemudian menyimpulkan satu keputusan dalam bentuk resolusi yang diberi nama “Resolusi Jihad Fii Sabilillah”, yang isinya sebagai berikut:

“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja…”

Inilah seruan Jihad yang secara syar’i disepakati para ulama dengan maksud utama  membela Negara Indonesia yang berdasar Pancasila dan UUD 1945 dari serangan bangsa lain yang ingin menjajah kembali bangsa Indonesia. Penduduk Surabaya yang sudah panas pun tambah terbakar semangatnya karena amarah mereka terhadap musuh memperoleh legitimasi Jihad dari ulama, sehingga mati pun dalam keadaan membela kedaulatan Negara Indonesia akan beroleh balasan surga. 

Demikianlah, sejak tanggal 22 Oktober 1945 itu seluruh penduduk bersiaga perang menunggu pendaratan tentara Inggris yang kabarnya sudah tersiar sejak pekan kedua Oktober 1945. Pidato-pidato Bung Tomo lewat Radio Pemberontakan yang ditandai teriakan Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar pun makin mengobarkan semangat perjuangan semua penduduk Jawa Timur dari kalangan pemimpin setingkat gubernur, Menteri Pertahanan, Walikota  hingga ke warga kampung.

Seruan untuk berjihad fii sabilillah inilah yang menjadi pemicu perang massa (Tawuran Massal) pada tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945. Saat itulah, arek-arek Surabaya yang dibakar semangat jihad menyerang Brigade ke-49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby. Hasilnya, lebih dari 2000 orang pasukan kebanggaan Inggris tewasnya. Sang Brigadir Jenderal, A.W.S. Mallaby juga tewas akibat dilempar granat.

Perang Massa (Tawuran Massal) tanpa komando yang berlangsung selama tiga hari yang mengakibatkan kematian Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby itulah yang memicu kemarahan Inggris yang berujung  pada pecahnya pertempuran besar Surabaya 10 November 1945 yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Pahlawan. 

Sayang sekali, fakta sejarah tentang Resolusi Jihad NU dan Perang Massa (Tawurang Massal) tiga hari itu diam-diam tidak disinggung dalam penulisan sejarah seputar  peristiwa pertempuran 10 November 1945 yang dikenang oleh Inggris dengan satu kalimat: “Once and Forever”, bahkan belakangan peristiwa itu disingkirkan dari fakta sejarah seolah-olah tidak pernah terjadi. (Agus SunyotoSejarawah dan Sastrawan, tinggal di Malang, Jawa Timur)

Rabu, 23 Januari 2013

Kurikulum 2013 Harus Selaras dengan Karakter Madrasah



Jakarta, NU Online
Kurikulum 2013 yang akan diterbitkan Kemendikbud RI dituntut menyesuaikan dengan karakter lokal lembaga pendidikan di Indonesia, termasuk belasan ribu madrasah berbasis pesntren atau sesuai nilai-nilai perjuangan NU.

Pesan ini mengemuka dalam Rapat Kerja Nasional Lembaga Pendidikan Ma’arif NU di Wisma Syahida Inn, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Rabu (23/1) pagi, pada sesi pembacaan butir rekomendasi untuk pemerintah.

“Pelaksanaan kebijakan Kemendikbud RI di lingkungan madrasah harus disesuaikan dengan karakteristik madrasah,” demikian bunyi rekomendasi seperti dibacakan ketua komisi rekomendasi H Abdul Ghofarrozin.

Untuk merealisasikan komitmen ini, forum Rakernas mendesak Kemendikbud untuk melibatkan LP Ma’arif NU dan lembaga lain yang berkepentingan dalam sosialisasi dan pelaksanaan Kurikulum 2013. Pengurus Pusat LP Ma’arif NU akan menyiapkan sumber daya manusia dalam rangka kegiatan ini.

LP Ma’arif NU dalam kesempatan ini mengusulkan Kemendikbud dapat menambah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di tingkat SMP dan SMA dari 2 jam menjadi 4 jam. Selain muatan lokal, memasukkan pendidikan sadar lingkungan dan pendidikan tanggap bencana dalam kurikulum 2013.

Rakernas yang berlangsung sejak Senin kemarin ini juga menyerukan kepada madrasah milik LP Ma’arif NU di seluruh Indonesia untuk memasukkan nilai-nilai pendidikan yang ada di masyarakat, seperti nilai-nilai kepesantrenan, kearifan lokal, dan tradisi ketimuran lainnya dalam kurikulum 2013.

Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis    : Mahbib Khoiron

Senin, 21 Januari 2013

PIDATO KETUA UMUM PBNU Pada Hari Lahir Nahdlatul Ulama Ke-85


Bismillahirrahmanirrahiem
Alhamdulillah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Salawat serta salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,  yang membawa risalah Islam yang memberi petunjuk kepada kita sampai hari ini.
Peringatan Hari Lahir NU ke-85  yang dirayakan hari ini, sebagai ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah SWT. Sekaligus juga merupakan perwujudan dari perjuangan NU selama ini yang telah berhasil muwujudkan komunitas Islam yang taat beragama, memiliki kejujuran tinggi dan ketekunan luar biasa serta memiliki komitmen yang sangat tinggi terhadap bangsa bahkan umat manusia sedunia. Semuanya itu ditempuh dengan sukses karena menggunakan paradigmanya sendiri yaitu mabadi tawassuth, tawazun dan tasamuh, sehingga bisa menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis. Dengan sikap dan pengorbanannya semacam itu NU tidak pernah berbuat onar apalagi memberontak pada negara dan Pemerintah yang sah.
NU hadir untuk memelihara dan mempertahankan Islam ala ahlussunnah wal jamaah maupun untuk mengemban tanggungjawab kultural untuk menyangga tradisi. Selain itu juga untuk menjaga keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila yang oleh almaghfurlah KH. Achmad Shiddiq pada Muktamar ke-27 tahun 1984 dirumuskan sebagai “Hasil Final Perjuangan Umat Islam.”
Segenap jajaran NU baik dari unsur kepengurusan organisasi mulai tingkat nasional sampai ranting-ranting pedesaan di seluruh Nusantara maupun di lapisan budaya terutama pesantren, para kiai pengasuh dan kalangan ulama, jaringan tariqah, serta jaringan-jaringan budaya NU lainnya senantiasa menjaga dan memelihara pengamalan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaahdan terus mencermati perkembangan dan tegaknya NKRI. 
NU merupakan organaisasi yang terus berkembang dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tidak lain karena memiliki mabda yang tepat. Di tengah munculnya ekstrem ideologi dan gaya hidup, NU akan tetap mengambil jalan tengah (ummat wasathan), karena ini merupakan jalan Islam yang sesungguhnya, sebagaimana Firman Allah.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikianlah aku menciptakanmu sebagai umat yang (moderat, adil), agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatanmu.” (QS: Al Baqarah 143).
Ajaran ahlussunnah ini berpegang teguh pada Sunnah Nabi secara, qaulan wa fi’lan wa taqriran(sabda, tindakan dan kesepakatan). Sebagai pembawa misi kenabian maka Ahlussunnah selalu berpegang pada prinsip jamaah yaitu bersama dan membela kepentingan masyarakat banyak. 
Menghadapi tanggung jawab agama, negara dan bangsa ini NU perlu menyingsingkan lengan baju, karena hanya dengan demikian akan bisa mengemban peran besar sebagai syuhud hadhari(penggerak peradaban) bangsa, tetapi juga berperan sebagai syuhud tsaqafi (penggerak intelektual) dalam membangun dan menyangga bangsa ini. Komitmen NU pada bangsa ini tidak bisa ditawar, karena NU terlibat dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sehingga ketaatan NU pada Bangsa dan negara ini bersifat mutlak. Dalam negara ini bukan sekadar berperan sebagai stake holder (pemangku kepentingan) yang tidak memiliki peran apapun, sebagaimana sering disebut orang. NU turut mendirikan negara ini dengan pengorbanan harta dan nyawa, karena itu NU duduk sebagai share holder (pemilik saham) dalam NKRI ini, sehingga posisinya kuat dan memiliki tangung jawab terhadap negara ini.
Dengan mengacu kepada Khittah Nahdliyah yang menegaskan NU sebagai gerakan dakwah dan sosial keagamaan, di masa mendatang akan meneguhkan NU sebagai  syuhud tsaqafah atau gerakan kebudayaan.  Dengan strategi itu, dalam kesempatan ini perlu kami tegaskan bahwa  kelanjutan perjuangan pengabdian NU terhadap bangsa dan negara ini di masa mendatang akan terus ditingkatkan untuk mendorong peneguhan persatuan bangsa dan penguatan kedaulatan negara di tengah benturan kepentingan antar-bangsa yang belekangan telah melahirkan kolonialisme (baru), terutama di bidang ekonomi,  serta ikut mengupayakan perdamaian dunia sebagaimana diamanatkan Pembukaan UUD 1945.
Sekali lagi ingin kami sampaikan, bahwa dalam konteks itu, peran NU diletakkan sebagai kekuatan ketiga di luar lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga penyelenggara negara. Kekuatan NU bertumpu pada tiga tataran. Yakni paham ahlussunnah wal jamaah (di dalamnya antara lain ada fikrah Nahdiyah yang melahirkan Islam moderat), nilai-nilai/tradisi dan lembaga-lembaga budaya mulai dari pesantren, jaringan thariqah, dll, serta jaringan struktur sebagai infrastrukur organisasi yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Jaringan kekuatan tersebut sejauh ini efektif memainkan peran sebaga penyangga bangsa di luar lembaga-lembaga politik dan penyelenggara negara yang belakangan ini mengalami kemerosotan legitimasi karena lemah dalam menjalankan fungsi pokoknya.
Sementara di antara partai-partai politik di Dewan Perwakilan Rakyat kerapkali menunjukkan terjadinya benturan kepentingan dan saling memanfaatkan kelemahan yang amat menentukan dalam proses pembuatan kebijakan negara yang hasilnya  pada umumnya jauh dari kepentingan rakyat. Sebaliknya, atas nama kebebasan rakyat pun cenderung  mengartikulasikan kepentingannya dengan cara esktra parlementer.
Semua ini menunjukkan tidak terjadinya pelembagaan politik dalam memenuhi aspirasi rakyat baik oleh partai maupun lembaga perwakilan rakyat. Sementara itu, Pemerintah sendiri belum bisa berbuat banyak untuk memenuhi hak-hak dasar, hajat hidup  dan berbagai aspirasi rakyat tanpa dukungan penuh dari  Dewan Perwakilan Rakyat. Sangat memprihatinkan  bahwa  demokratisasi dalam dua belas tahun terakhir ini hanya menghasilkan kehidupan yang serba liberal, baik di bidang politik, ekonomi maupun kebudayaan.
Dalam hal ini NU mengetengahkan beberapa prinsip tentang demokrasi. Pertama, demokrasi haruslah mampu menjaga keutuhan bangsa. Kedua, mampu menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Ketiga, demokrasi harus mampu menjaga kebersamaan dan kebhinekatunggal-ikaan. Keempat, demokrasi harus memperhatikan prinsip musyawarah. Kelima, demokrasi harus mampu menjamin kepercayaan pada Tuhan yang Maha Esa.
Perbaikan demokrasi ini tidak hanya di bidang politik, tetapi sekaligus di bidang ekonomi dan kebudayaan. Ketiganya haruslah dibangun berdasarkan prinsip kedaulatan, kebangsaan dan kerakyatan. Sistem ekonomi inilah yang akan mampu menyelamatkan kita dari berbagai goncaangan krisis ekonomi dunia.
Alhamdulillah Indonesia selamat dari krisis ekonomi dunia yang terjadi beberapa tahun yang lalu sehingga posisi ekonomi kita saat ini cukup kuat, baik cadangan devisa kita terus meningkat.
Penguatan fundamental ekonomi ini sangat membutuhkan sistem politik yang stabil sebagai penopangnya. Karena itu kita perlu terus mengkonsolidasi demokrasi ini, sesuai dengan yang digariskan Pancasila, yaitu demokrasi kerakyatan dan berketuhanan. Demokrasi ini yang diharapkan mampu menciptakan stabilitas politik nasional baik di bidang eksekutif maupun legislatif. Mengingat pentingnya dua hal tadi maka sebagai tanggung jawab moral dari organisai keulamaan ini, maka NU akan selalu bersinergi dengan pemerintah. Dalam arti, kalau kebijakan pemerintah pro rakyat dan berpihak pada kepentingan bangsa akan kami dukung. Sebaliknya bila kebijakan pemrintah mengingkari aspirasi rakyat dan kepentingan nasional NU akan melakukan kritik. Perlu saya tegaskan lagi bahwa kesetiaan NU pada negara itu mutlak, tetapi kesetiaan pada Pemerintah bersifat kondisional, kalau benar didukung kalau salah dikritik, berdasarkan prinsipamar ma’ruf nahi munkar.
Sikap dasar NU ini belum banyak diketahui orang, sehingga kesalahpahaman terhadap NU terus terjadi. Hal itu tidak lain ada orang yang memang tidak tahu NU, tetapi ada yang pura-pura tidak tahu, celakanya ada orang yang memang tidak mau tahu tentang NU, karena itu meremehkan eksistensi NU yang berarti pelecehan terhadap elemen penting dari bangsa ini. Kata sebuah pepatah bahwa al-insanu ‘aduwwu ma jahil (manusia membenci apa yang tidak diketahui). NU tidak mereka kenal karena itu mereka benci. Karena itulah Harlah Ke-85 NU ini dilaksanakan dengan tema besar Meneguhkan Kemandirian dan Persatuan untuk Perdamaian Dunia ini untuk kembali memperkenalkan peran-peran kesejarahan NU.
Bagi NU kedaulatan bangsa dan negara itu sangat penting, hanya dengan kedaulatan itulah kita bersatu dan bisa mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan. Atas nama kemandirian atau kedaulatan itulah NU dulu berjuang melawan penjajah untuk mendirikan republik ini.
NU telah banyak berbuat untuk negeri ini sejak dalam merebut kemerdekaan, menyiapkan konstitusi serta mengisinya. Hingga saat ini NU tetap mandiri dalam mengelola pendidikan, saat ini NU memiliki 22.000 pesantren dan 400. 000 madrasah. Selain itu mandiri dalam mengelola ekonomi. Hingga saat ini NU memiliki banyak BPR dan micro finance, NU menghimpun ribuan petani dan nelayan. Sejak dahulu NU juga mandiri dalam membina sosial, dalam hal ini NU memiliki puluhan ribu jamaah tarekat, jamaah pengajian, jam’iyatul qurra wal huffadz dan sebagainya belum lagi barisan pemuda dan remaja. Semuanya dikelola secara mandiri baik dari segi teknik maupun dana. Pendeknya, NU telah berbuat banyak terhadap negara ini. Karena itu sudah selayaknya semua pihak, terutama negara mendukung seluruh agenda NU agar peran NU dalam menegakkan bangsa ini semakin besar.
Usulan perbaikan sistemik ini perlu ditegaskan, mengingat bahwa tanpa sistem yang baik tidak mungkin perbaikan bisa dilaksanakan. Sebagaimana sebuah pepatah mengatakan bahwafaqidusy-syai’i la yu’thihi (barang siapa tidak memiliki sesuatu maka tidak akan bisa memberi). Bagi orang yang tidak adil, tidak mungkin menegakkan keadilan, bagi yang tidak memiliki kejujuran tidak mungkin berlaku jujur dan seterusnya. NU menginginkan dengan adanya sistem yang baik semua bisa dimungkinkan untuk berjalan dengan baik, adil, jujur dan benar. Karena tidak mungkin pemerintah yang tidak adil bisa memperjuangkan keadilan bagi rakyatnya. Dan tidak mungkin pula pemerintah yang tidak jujur bisa memberantas korupsi dan berbagai macam ketidakjujuran.
Sebagai organisasi keulamaan yang berorientasi kerakyatan dan sebagai wujud dari ahlusunnah wal jamaah yang selalu bersama sawadil a’dzom (kelompok mayoritas), NU akan terus menerus memperjuangkan kepentingan rakyat, dengan cara tarbiyatur ruhiyah (mendidik dan menyirami rohani mereka) serta tazkiyatun nafs (menyucikan jiwa mereka). Karena itu di NU terdapat berbagai macam aliran tarekat mu’tabarah, yang baru saja mengadakan Multaqas Shufi al-Alamy(Pertemuan Sufi Sedunia) di Jakarta dalam rangkaian acara Harlah ini. Kita harapkan pencerahan jiwa dan kebersihan hati itu tercermin dalam perilaku sosial, perilaku politik dan dalam kerja ekonomi sehari-hari.
NU memiliki pengelaman sejarah yang panjang termasuk dalam menghadapi berbagai peristiwa besar. Pengalaman sejarah itu yang ingin dipejari orang lain termasuk dari luar negeri. Termasuk banyak ahli tarekat yang ingin belajar pada pengalaman Indonesia, demikian juga para aktivis dan politisi dunia, termasuk dari Afghanistan berusaha mencoba bertukar pengalaman dengan kita bagaimana sebuah agama dan organisasi keulamaan bisa menjadi perekat bagi keutuhan bangsa.  Pengalaman berbangsa dan bernegara itu yang ingin dibagi bersama bangsa lain terutama dalam menegaskan hubungan agama dengan negara, dan menerapkan ideologi negara Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Indonesia yang multi etnis, multi agama dan ideologi tetapi kerukunan sosial bisa terjaga, hal itu tidak lain karena kita memiliki ikatan spiritual yang mendalam, serta memiliki ikatan ideologi yang kokoh yaitu Pancasila. Secara kontras bisa bandingkan dengan Timur Tengah, merka relatif homogen secara agama, tetapi mereka sulit bersatu bahkan selalu dalam ketegangan, hal itu tidak lain karena spiritualitas mereka keropos, sehingga tidak memiliki kemampuan beradaptasi  ketika tidak ada lagi sikap tawasuth, tawazun dan tasamuh. Karena itu merek ingin belajar pada kita. Dan kita siap berdialog dan tukar pengamalam dengan mereka.
Itulah beberapa pokok pikiran yang perlu kami samapaikan dalam Harlah NU ini, sebagai pegangan dan sekaligus sebagai pijakan dalam melakukan aktivitas selanjutnya. Karena itu sekali lagi kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada semua pihak atas partisipasinya dalam pelaksanaan Harlah ini. 
Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA

10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi (4 Habis)


Alasan kedelapan adalah alasan yang bersifat sosiologis. Peringatan maulid nabi merupakan wasilah untuk melaksanakan berbagai macam kebaikan, apalagi tradisi masyarakat kita yang selalu melaksanakan bersama-sama.
Secara otomatis hal ini akan menambah syiar agama Islam itu sendiri sebagaimana dengan shalat Jum’ah. Dan lebih dari itu perkumpulan ini selalu menuntut berbagai macam kegiatan yang baik-baik. Sebut saja pengajian, majlis ta’lim, berdzikir, bersedekah dan yang pasti adalah membaca shalawat dan menutur cerita kehidupan Rasululllah saw. Seperti yang diperintahkan oleh Allah swt dalam Surat al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً 
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu sekalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56) 
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan makna ayat tersebut bahwa Allah swt menunjukkan kepada manusia derajat tingginya Rasulullah saw sehingga Allah swt membacakan shalawat kepadanya. Dan memerintahkan semua manusia dan juga para malaikat untuk bershalawat juga.
Perintah bershalawat kepada Rasulullah saw dan bukanlah sesuatu yang dilarang bahkan Rasulullah saw memperbolehkannya. Demikian yang diceritakan oleh sebuah hadits sebagaimana disebut dalam shahih al-Bukhari yang diriwayatkan oleh Salmah bin al-Akwa’ “kami berperang bersama Rasulullah saw dalam perang Khaibar. Saat itu kami berangkat pada malam hari. Lalu ada seorang lelaki berkata kepada Amir bin Akwa’ “maukah kamu memperdengarkan kepada kami bait-bait syairmu?” Amir adalah seorang penyair. Lalu dia tinggal beberapa waktu dan bersyair:
Tidak kami maupun mereka akan mendapatkan petunjuk jika bukan karenamu
 Tidak juga kami akan bersedekah atau bersembahyang
Maka maafkanlah kami ketika membelamu
Dan tetapkanlah kaki kami ketika bertemu musuh
Berikanlah ketenangan atas kami
Sungguh jika kami diseur, kami akan datang

Alasan kesembilan adalah Surat Yunus ayat 58 yang berbunyi
قل بفضل الله وبرحمته وبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari pada apa yang merek kumpulkan. (Yunus: 58)
Apakah yang dimaksud dengan rahmat dalam ayat di atas? Apakah bentuk rahmat itu? Para mufassir berbeda pendapat mengenai hal ini. Namun dalam ulumul qur’an diterangkan bahwa menafsirkan ayat dengan ayat al-Qur’an yang lain merupakan bentuk penafsiran yang paling kuat. Karenanya as-Suyuthi dalam ad-Durrul Mantsur menafsirkan kata rahmat dengan Surat al-Anbiya ayat 107:
وماأرسلناك إلا رحمة للعالمين
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al-Anbiya: 107)
Sebagaimana dikutip dari Ibnu Abbas:
وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)   
Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muahammad saw. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (al-Anbiya: 107)

Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya. Maka kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi ‘hendaklah mereka bergembira’ secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambit gembira atas rahmat tersebut. bukankah ini alasan yang sangat penting mengapa kita harus bergembira menyambutmaulidurrasul?
Sedangkan alasan yang kesepuluh pentingnya memperingati maulidurrasul adalah tidak adanya hukum yang jelas-jelas melarangnya. Meskipun melaksanakan peringatan maulid juga bukanlah termasuk ibadah tauqifiyah. Namun peringatan ini seringkali menjadi wahana mendekatkan diri kepada Allah swt. yang sangat dianjurkan.
Oleh karena itu, jika kacamata syari’at mengategorikan berbagai macam praktek ibadah menjadi dua yaitu yang disenangi dan dibenci, maka memperingati hari maulid dapat dikategorikan sebagai ibadah yang disenangi syariat.
Demikianlah sepuluh alasan mengapa umat muslim perlu memperingati hari kelahiran Rasulullah saw yang dijabarkan oleh Omar Abdullah Kamel dalam kitabnya Kalimatun Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bi Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil Istighatsah.

Redaktur: Ulil Hadrawy

10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi (3)


Alasan kelima adalah sebuah hadits yang dijadikan landasan oleh as-Suyuthi dalam kitabnya Husnul Maqashid fi ‘Amalil Maulidbahwa sesungguhnya Nabi Muhammad saw mengakikahkan dirinya setelah menerima wahyu kenabian. Padahal telah diriwayatkan bahwa Abdul Muthallib sang paman Rasulullah itu telah mengakikahkannya pada hari ke tujuh setelah kelahirannya, sedangkan akikah tidak perlu diulang dua kali.
Oleh karena itu, menurut As-Suyuthi hadits ini memiliki makna lain bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw merupakan bentuk syukur kepada Allah swt yang telah menciptakannya sebagai rahmat bagi seluruh alam serta penghormatan untuk semua umatnya. Sebagaimana beliau bershalawat atas dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kita juga disunnahkan untuk memperlihatkan rasa syukur atas kelahiran Rasulullah saw dengan berkumpul sesama saudara, kawan, member makan fakir miskin serta bentuk-bentuk peringatan lain yang menunjukkan kebahagiaan.
Alasan keenam adalah keterangan dari beberapa hadits yang mengistimewakan hari Jum’at sebagai hari kelahiran Nabi Adam as. hal ini bisa dijadikan qiyas (analogi) kemuliaan hari kelahiran Rasulullah saw. Dalam sunan at-Turmudzi hadits no. 491 Rasulullah saw menyatakan bahwa
خيريوم طلعت فيه الشمس يوم الجمعة فيه خلق أدم
Hari yang paling mulia adalah hari Jum’at, hari diciptakannya nabi Adam.
Begitu juga yang diriwayat an-Nasa’ai dan Abu Daud dengan sanad Sahih bahwa Rasulullah saw bersabda:
إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فيه خلق أدم وقبض وفيه النفخة وفيه الصعقة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي
Sesungguhnya hari yang paling mulia diantara hari-hari kalian adalah hari jum’at. Pada hari itulah Adam diciptakan, diwafatkan, ditiupkan ruh dan dibangkitkan. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku (kepada Rasulullah saw) pada hari itu. Sesungguhnya shalawat kalian akan sampai padaku…
Sebenarnya objek kajian dalam dua hadits di atas tidak sekedar keisitmewaan hari Jum’at tetapi momentum yang termuat di dalamnya yaitu hari kelahiran, hari kewafatan dan hari kebangkitan Nabi Adam as sebagai bapak manusia.
Dengan kata lain, kemuliaan dan keagugan itu sama sekali tidak mengacu pada hari itu sendiri. Melainkan pada apa yang pernah terjadi pada hari itu. Dengan demikian, ia bisa diperingati berulang-ulang, baik setiap minggu, atau setiap tahun sebagai wujud rasa syukur kepada Allah ata nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.
Selaras dengan hal itu adalah alasan ketujuh yang mengambil pelajaran dari kisah para nabi (Nabi Yahya, Nabi Isa dan Maryam ) yang diceritakan dalam al-Qur’an dengan tujuan meneguhkan hati Rasulullah saw sebagai seorang rasul. Sebagaimana disebutkan dalam surat Hud ayat 120:
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.
Artinya, kisah-kisah Nabi yang diceritakan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw dalam al-Qur’an sebenarnya bertujuan untuk menguatkan hati Rasulullah saw. Maka kisah tentang kehidupan Rasulullah saw (sirah nabi) yang disebut-sebut dalam acara maulidurrasul berfungsi sebagai peneguh hati (kita) umatnya. Bukankah hal ini sebuah kebaikan dan perlu dilestarikan? 

Minggu, 20 Januari 2013

Yang Mengatakan Maulid Bid'ah Perlu Belajar Agama Lagi


Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan, kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan istilah Maulid Nabi merupakan peristiwa besar yang perlu dikenang dan diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia.

Ia menyampaikan taushiyahnya di hadapan habib, tokoh masyarakat Betawi dan ratusan jamaah yang menghadiri peringatan Maulid Nabi di Masjid Jami’ Al-Ilyas, Kampung Pulo Nangka Barat, Jakarta Timur, Ahad (20/1) malam. Masjid ini merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al-Kenaniyah yang saat ini dipimpin oleh KH Hambali Ilyas.

Menurut Kang Said, panggilan akrab KH Said Aqil Siroj, Nabi Muhammad dilahirkan di tengah dunia yang jahiliyah. Di sebelah barat ada kerajaan Romawi, dan di sebelah timur ada kerajaan Persia. Mereka bisa dikatakan maju dalam hal pengetahuan tapi jahiliyah atau bodoh dalam hal akhlak.

“Romawi memperlakukan budak lebih hina dari binatang. Para budak diadu sebagai gladiator. Ketika ada yang mati mereka bersorak gembira. Sementara orang Persia memperlakukan perempuan sangat rendah. Kalau ada anak perempuan lahir langsung dibunuh. Anak bisa mengambil ibunya sendiri untuk dinikahi jika ayahnya mati,” kata Kang Said. 

Peringatan atas anugerah kelahiran Nabi Muhammad SAW bisa dilakukan dengan membaca shalawat sebanyak-banyaknya sembari mengingat kembali dan mencontoh berbagai teladan beliau, terutama akhlak yang mulia.

Menurut Kang Said, peringatan Maulid Nabi merupakan sunnah taqririyah. Disampaikannya, ada tiga macam sunnah atau hadits nabi. Pertama berupa perkataan nabi (qouliyah). Kedua berupa perbuatan nabi (fi’liyah). Sementara sunnah taqririyah adalah perbuatan sahabat yang diketahui oleh nabi dan dibenarkan oleh beliau.

“Ada orang memuji-muji nabi dengan syair, mengagungkan nabi, dan beliau tidak melarang. Beliau malah menghadiahkan selimut tidurnya kepada orang tersebut; yakni selimut bergaris yang disebut sebagai burdah,” kata Kang Said sembari bercerita panjang lebar tentang Abu Said Al-Busiri dan shalawat Burdahnya.

Kang Said yang dikenal sangat kuat hapalannya itu sempat memukau hadirin saat melantunkan berbagai macam shalawat berikut nama pengarang dan tahun kelahiran dan wafatnya, serta merunut silsilah Nabi Muhammad SAW sampai kepada Nabi Adam AS tanpa membaca teks.

Menyikapi beberapa kalangan yang sinis dan mengatakan maulid nabi sebagai amalan bid’ah, Kang Said meminta jamaah untuk tidak usah menghiraukannya. Menurutnya, mereka yang suka mengatakan bid’ah itu biasanya belum belajar ilmu agama secara mendalam.

“Yang mengatakan Maulid Nabi itu bid’ah berarti dia masih perlu belajar agama lagi. Silakan datang ke NU atau belajar lagi di pesantren,” kata kang Said.



Penulis: A. Khoirul Anam

Sabtu, 19 Januari 2013

kisah murid syech juned al baghdadi



Syekh Junaid Al-Baghdadi adalah seorang tokoh sufi besar yang ternama. Ia mempunyai seorang murid yang sangat disayanginya yang menyebabkan santri-santri Junaid yang lain iri hati. Jauh di dalam hati, mereka tak dapat menerima mengapa sang guru memberi perhatian khusus kepada anak itu.

Suatu saat, Syekh Junaid menyuruh semua santrinya membeli ayam di pasar untuk kemudian disembelih. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat dimana tak ada yang dapat melihat mereka dengan syarat sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas tersebut.

Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih kecuali murid kesayangan Junaid. Akhirnya ketika matahari tenggelam, sang murid muda itu baru datang dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu telah gagal melaksanakan perintah Syeikh yang sangat mudah.

Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. 

Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana. 

Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Sedangkan santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.

Tibalah giliran santri muda kesayangan Junaid yang tak berhasil memotong ayam. Sambil tertunduk malu karena merasa tak dapat menjalankan perintah sang guru. Ia pun bercerita:

“Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia (Allah) tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Padahal aku tak bisa pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku."
Para murid Syekh Junaid yang lain pun tertegun. (Anam)

Kamis, 17 Januari 2013

10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi (2)


Alasan ketiga mengapa harus memperingati hari maulid adalah bahwa Rasulullah saw sendiri mementingkan berpuasa pada hari tersebut. Yaitu setiap hari senin seperti yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah dalam Imam Muslim;
عَنْ اَبِيْ قَتَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ اْلِاثْنَيْنِ ؟ فَقاَلَ ذَلِكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيْهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ اَوْ اٌنْزلَ عَلَيَّ فِيْهِ
 Dari Abu Qotadah r.a, sesungguhnya Rosulululloh SAW ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab : "Hari Senin adalah hari lahirku, hari aku mulai diutus atau hari mulai diturunkannya wahyu". (HR Muslim)
Sabda ‘yauma wulidtu fihi (itu adalah hari aku dilahirkan)’ adalah kalimat yang menekankan betapa hari tersebut sangatlah berharga bagi Rasulullah saw. sehingga beliau berpuasa di hari itu. Meskipun tidak ada perintah langsung dari Rasulullah mengenai penghormatan tersebut, tetapi bagi umat yang tahu diri tentunya hadits tersebut telah cukup menjadi tanda.
Alasan keempat adalah bahwa Rasulullah saw sangat mementingkan nilai kesejarahan sebuah kejadian. Sebagaimana beliau sadari bahwa waktu tidak mungkin kembali lagi. Manusia hanya bisa mengingat momentum tersebut dan menjadikannya sebagai ‘ibroh’ pelajaran di masa kini dan masa depan.
Oleh karena itulah Rasulullah saw menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari 10  bulan Muharram (asyuro’) untuk memeringati kemenangan Nabi Musa as ata raja Fir’aun. Demikian tersebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu dalam Shahih Bukhari No 1900,
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]
Kesadaran Rasulullah saw atas pentingnya nilai sejarah haruslah kita teladani. Diantara bukti peneladanan tersebut dengan mengadakan peringatan maulid nabi. Karena yang demikian itu sungguh akan mengingatkan kita pada terbitnya ‘cahaya’ yang menginari jagad raya.

Redaktur: Ulil Hadrawy

10 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi (1)


Bulan maulid telah tiba. Lantunan barzanji, dhiba’ dan puji-pujian kepada Rasulullah saw menggema di setiap surau, masjid dan mushalla, lapangan hingga kantor-kantor.

Para santri berlomba mendendangkan dengan lagu yang indah. Suara yang merdu  menambah khusyu’ hati kyai membayangkan kehadiran Kanjeng Nabi. Anak-anak kecil berkalung sarung cerah gembira menunggu jajanan yang sebentar lagi dihidangkan.Allahumma shalli wa sallim ‘alaihi.
Begitulah suasana maulid dimeriahkan umat muslim Nusantara. Bulan maulid adalah bulan suka-cita. Cerah sinarnya menyibakkan kegelapan yang menyelimuti ummat manusia. Meski tradisi peringatan maulid telah berurat-akar di tanah air ini, tidak ada salahnya jika dikemukakan kembali beberapa alasan penting diadakannya maulid Nabi saw.
Dalam bukunya Kalimatun Hadi’atun fil Bid’ah, Kalimatun Hadi’atun fil Ihtifal bil Maulid, Kalimatun Hadi’atun fil Istighatsah, Dr. Oemar Abdullah Kamil menerangkan beberapa hal yang berhubungan tentang peringatan maulid Rasulullah saw. Ada Sepuluh alasan yang menjadikan pentingnya memperingati Maulid Nabi yaitu:
Pertama, bahwa Allah swt memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para nabi. Apalagi hari kelahiran Rasulullah saw. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita sebagai umat Rasulullah memuliakan hari kelahirannya.  Hal ini berdasar pada kisahkan dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah saw diperintahkan Jibril shalat dua rekaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat, Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu? Rasulullah saw menjawab “tidak” dan jibril berkata lagi “kamu shalat di Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
…ثم قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي اتدري اين صليت ؟ فقلت لا، قال صليت في بيت لحم بناحية بيت المقدس، حيث ولد عيسى بن مريم عليه السلام ثم ركبت فمضينا
Hadits di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi Isa as sebagai Nabi Allah swt. Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi kehidupan umat manusia. 
Demikian pula Allah swt merahmati hari hari kelahiran Nabi Isa dengan kesejahteraan sebagaimana temaktub dalam surat Maryam ayat 33. 
وَالسَّلامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan (Maryam: 33)
Jikalau Allah swt memberkati hari kelahiran Nabi Isa as, bukankah berarti hari kelahiran Rasulullah saw lebih diberkati dan dilimpahi kesejahteraan? Sesungguhnya semua hari itu sama, diciptakan dan ditentukan oleh Allah swt, oleh karenanya Ia berhak memuliakan dan meng-istimewakan hari-hari pilihan-Nya. Hal ini dapat dibuktikan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an dimana Allah  dengan tegas menentukan nilai dari hari-hari (ayyam) tersebut. Diantaranya dalam Surat Ibrahim ayat 5 dan al-Jatsiyah ayat 14
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآياتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah” (Ibrahim: 5)
 قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan (al-Jasiyah: 14).
Alasan kedua pentingnya memperingati maulid Nabi adalah bertolak dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah saw yang memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran Rasulullah saw. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran keponakannya yang bernama Muhammad saw, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui Muhammad saw. 
Walaupun dalam Surat al-Lahab, Allah swt telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad saw, ia pun mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan. Begitulah di ceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan Nihayah halaman 272-273. 
Cerita Ibn Katsir ini juga termuat dalam hadits shahih bukhari dalam kitab nikah “sesungguhnya Abu Lahab berkata kepada saudaranya Abbas di dalam mimpinya: “sungguh dia telah meringankan penderitaanku setiap hari senin”.
Begitu pentingnya riwayat ini sehingga al-hafidz Syamsyuddin bin Nashiruddin ad-Dimasyqi dalam kitabnya Mawridus Shadi fi Maulidil Hadi menuturkan:
Jikalau seorang kafir ini telah dicela dengan ‘tabbat yada…’ yang kekal di neraka.Telah diringankan setiap hari Senin karena bergembira dengan kelahiran Muhammad. Maka, apa yang kira-kira akan dianugerahkan kepada hamba yang selalu berbahagia dengan kelahiran Rasul-Nya selama hayat hingga meninggal dalam Islam?

Redaktur: Ulil Hadrawy

Senin, 14 Januari 2013

Kang Said: Pelanggar Hukum jadi Musuh Bersama



Jakarta, NU Online
“Para pelanggar hukum merupakan musuh bersama bagi semua rakyat Indonesia,” kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU kepada NU Online baru-baru ini. 

Perihal ini menjadi sikap dasar NU. Karena, NU berpedoman pada pernyataan Rasulullah, “Wa la ‘udwana illa ‘alaz zhalimin,” “Tiada permusuhan selain hanya kepada mereka yang berlaku zalim,” tambah Kang Said.

Mereka yang zalim merupakan musuh bersama. Karena, mereka telah menganiaya diri sendiri atau pun orang lain. Kang Said menyebut sejumlah pelanggar hukum yang antara lain adalah teroris, pengedar narkoba, pembunuh, koruptor, sejumlah importir nakal, dan penyalahgunaan wewenang.

Sebelumnya dalam refleksi awal tahun 2013, Kang Said mengimbau pemerintah untuk lebih tegas menindak para pelanggar hukum di Indonesia. Penindakan tegas terhadap musuh bersama, merupakan harapan masyarakat umum.

Harapan masyarakat itu belum terwujud di tahun 2012 lalu. Kang Said yang didampingi sejumlah pengurus lembaga, lajnah, dan PBNU, menilai kinerja pemerintah dalam penegakkan hukum belum maksimal.
Pemerintah masih tebang pilih dalam menindak mereka yang terbukti melanggar hukum. Padahal, hukum adalah perangkat mutlak yang dapat menjamin rasa aman masyarakat dari segala bentuk gangguan mulai dari keamanan, permainan harga pasar, hingga kepercayaan terhadap hukum itu sendiri, imbuh Kang Said.

Pemerintahan SBY jilid dua, menurut Kang Said, hanya mempunyai waktu satu setengah tahun terakhir untuk membenahi diri. Pemerintahan ini akan dinilai gagal oleh masyarakat saat mengabaikan PR yang menjadi keresahan masyarakat umum di tahun terakhir pemerintahannya.



 Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan

Kamis, 10 Januari 2013

PENGHAPUSAN RSBI Pemerintah Tetap Wajib Selenggarakan Pendidikan Berkualitas

Jakarta, NU Online
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU menyambut baik putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menilai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tak sesuai dengan UUD 1945. Penghapusan RSBI diharapkan tak melupakan kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan berkualitas.

Wakil Ketua Pengurus Pusat LP Ma’arif Masduki Baidlawi berpandangan, sejalan dengan amanat konstitusi, pemerintah harus senantiasa bertanggung jawab mengupayakan pendidikan bermutu bagi semua warga negara. Semua peraturan yang menimbulkan diskriminasi, seperti RSBI/Sekoah berbasis Internasional (SBI), layak dibatalkan.

”RSBI menjadikan pendidikan berkualitas hanya milik orang-orang kaya. Padahal pendidikan adalah hak dasar yang harus dinikmati juga oleh orang-orang miskin,” ujarnya saat dihubungi NU Online, Kamis (10/1).

Menurut dia, sebenarnya semangat dasar Pasal 50 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang melandasi RSBI/SBI tidak bersifat diskriminatif. Namun, karena ”dibajak” oleh para guru oportunis, kebijakan ini menyimpang jauh dari spirit pemerataan pendidikan.

Masduki mengakui, putusan MK tersebut lebih banyak menyasar kepada RSBI/SBI milik pemerintah. Alokasi dana dari pemerintah dituntut menjunjung tinggi asas kesetaraan. Namun, ia juga mengingatkan, seluruh RSBI/SBI swasta kini tak boleh lagi menggunakan nama ”RSBI/SBI”.

”Soal pendidikan mahal di RSBI/SBI swasta kita tidak bisa tuntut lebih jauh karena mereka memang punya independensi. Tapi bahwa pemerintah punya kewajiban membiayai pendidikan sudah pasti,” katanya.



Redaktur: A. Khoirul Anam
Penulis   : Mahbib Khoiron